Axact-banner-728×90

TRENDING NOW

PENGURUS

KAJIAN

UMAT

YOUTUBE CHANNEL

INDRAMAYU

JAWA BARAT


KH Juhadi Muhammad terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Barat untuk masa Khidmah 2021-2026. 

Terpilihnya tokoh ulama asal Kabupaten Indramayu itu berdasarkan Konferensi Wilayah (Konferwil) Nahdlatul Ulama XVIII Jawa Barat yang digelar di Hotel Grand Asrilia Bandung, Minggu (31/10/2021) kemarin.

Dari sebanyak 27 suara cabang dan satu suara PWNU, KH Juhadi Muhammad diketahui memperoleh sebanyak 19 suara.

Perolehan tersebut melampaui perolehan suara dua kandidat lainnya, yakni KH Hasan Nuri Hidayatullah dan KH Romdoni.

Masing-masing hanya memperoleh 8 suara untuk KH Hasan Nuri Hidayatullah dan 1 suara untuk KH Romdoni.

Setelah terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Barat, KH Juhadi Muhammad mengatakan, kemenangan tersebut sejatinya merupakan kemenangan warga Nahdliyin yang ada di seluruh Jawa Barat.

Mengingat, pelaksanaan pemilihan tersebut berlangsung secara demokratis.

"Alhamdulillah, ini merupakan kemenangan Nahdliyin, bukan semata kemenangan saya pribadi," ujar KH Juhadi Muhammad yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua PCNU Kabupaten Indramayu, Minggu (31/10/2021).

Lebih lanjut, KH Juhadi Muhammad juga berharap dan memohon doa restu agar kedepannya bisa lebih memajukan NU di Jawa Barat.

Dalam waktu dekat ini, KH Juhadi Muhammad akan melakukan konsolidasi internal sebagai langkah awal dalam masa kepemimpinannya. 

Penguatan di internal organisasi itu harus dilakukan untuk melahirkan program-program yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas.

Kendati demikian, ada 3 poin yang bakal menjadi prioritas KH Juhadi Muhammad, meliputi aspek ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.

"Tiga aspek ini penting sebagai bagian dari andil NU Jawa Barat untuk mendongkrak IPM di kabupaten dan kota se-Jawa Barat," ujar dia.



 Pada tahun 1946 ibu-ibu di kalangan Nahdlatul Ulama yang didorong para kiai mendirikan organisasi, Muslimat. Nyai Djuaesih adalah ketuanya pada periode 1950-1952. Meski menjadi sosok perintis Muslimat NU, ia tak begitu menonjol sebagai organisator. Dia lebih populer sebagai mubalighah dalam kepengurusan Muslimat NU Jawa Barat.    Meski demikian, ia memiliki reputasi yang tak dimiliki banyak perempuan NU karena dialah perempuan pertama yang naik ke mimbar resmi organisasi NU, tepatnya dalam forum persidangan Muktamar ke13 NU di Menes, Banten tahun 1938. Disusul kemudian Nyai Siti Syarah, tokoh perempuan NU dari Menes.      

Berikut ini laporan Berita Nahdlatoel Oelama No 6 tahun ke-10 edisi 19 Januari 1941, hal.4/86 “Kemudian dari pada itu, tampillah ke muka, Ny Djunaesih, voorzitter (ketua) Muslimat NU Bandung yang telah memerlukan datang di kongres ini, berhubung kecintaan dan tertarik beliau kepadanya.    

Dengan panjang lebar menerangkan akan asas dan tujuan dari NU adalah suatu perkumpulan yang sengaja mendidik umat Islam ke jurusan agamanya dengan seluas-luasnya. Di dalam agama Islam bukan saja kaum laki-laki yang harus dididik tentang soal-soal yang berkenaan dengan agamanya, bahkan kaum perempuan juga harus mendapat didikan yang selaras dengan kehendak dan tuntunan agama, sebagaimana lakinya. Inilah natinya yang akan dapat membawa keamanan dunia dan akhirat.”  Djuaesih lahir pada Juni 1901 di Sukabumi. Ia tidak mengikuti pendidikan formal dan hanya belajar kepada orang tuanya R.O. Abbas dan R. Omara S yang membekalinya dengan ilmu agama.     

Djuaesih memiliki kemampuan alamiah sebagai mubalighah dan cukup terkenal di Jawa Barat. la sering memberikan ceramah agama bagi ibu-ibu di berbagai pelosok Jawa Barat seperti di Pandeglang, Tasikmalaya, Sukabumi, Ciamis, dan Bekasi.    

Persentuhannya dengan NU muncul setelah menikah dengan Danuatmadja alias H. Bustomi, seorang pengurus NU Jawa Barat. Dalam berbagai acara organisasi ia menyertai suaminya. Ia pun merasa bahwa NU perlu mengorganisasi para perempuannya agar bisa ikut bersama-sama berdakwah.    

Djuaesih mempunyai sumbangan besar dalam gerakan perempuan di lingkungan NU dengan gagasannya mendirikan organisasi khusus bagi kaum hawa di lingkungan NU.     Menurutnya, NU mempunyai kewajiban untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam, dan itu bukan hanya tanggung jawab kaum pria. Karena itu, ia mengusulkan agar perempuan NU dapat menjadl anggota dan aktif serta memiliki wadah organisasi sendiri.     

Dalam forum Muktamar NU di Menes tersebut, sebagaimana dilukiskan Mahbib Khoiron yang mengutip "50 Tahun Muslimat NU, Berkhidmat untuk Agama, Negara & Bangsa", 1996 (Jakarta: PP Muslimat NU), Djuaesih menyatakan,    

 ”Di dalam agama Islam, bukan saja kaum laki-laki yang harus dididik mengenai pengetahuan agama dan pengetahuan lain. Kaum wanita juga wajib mendapatkan didikan yang selaras dengan kehendak dan tuntutan agama. Karena itu, kaum wanita yang tergabung dalam Nahdlatul Ulama mesti bangkit...."     

Meskipun menjadi salah satu perintis organisasi perempuan NU, ia tidak menduduki jabatan tertentu pada kepengurusan pertama Muslimat NU Jawa Barat. Baru pada periode 1950-1952 Djuaesih menjabat sebagai ketua.     

"Di dalam Islam bukan saja kaum laki-laki yang harus dididik mengenai pengetahuan agama dan pengetahuan lain. Kaum wanita pun wajib mendapatkan didikan yang selaras dengan kehendak dan tuntutan agama. Karena itu, kami wanita yang tergabung dalam NU mesti bangkit." Sumber: NU Online



Indramayu, NU Online Jabar Konferensi Cabang (Konfercab) XX yang digelar oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Indramayu di Aula Gedung Dakwah NU Jalan Gatot Subroto No.09 Indramayu, Sabtu (08/01) menetapkan KH. Ahmad Baidhowi Bilal dan KH M Mustofa terpilih sebagai Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Indramayu masa Khidmat 2022-2027.   

Kiai Mustofa terpilih secara Aklamasi setelah meraih 20 suara saat penjaringan bakal calon ketua tanfidziyah. Sementara bakal calon lain H. Juendi 11 suara dan H. Syihab 1 suara dengan total pemilih 31 MWCNU dan 1 utusan PCNU.   

Sebelumnya, Ketua Panitia Konfercab PCNU Indramayu, H. Ma’mun Rahman menjelaskan, pelaksanaan permusyawaratan tertinggi di tubuh PCNU tersebut digelar dengan pembatasan peserta dan penerapan prokes secara ketat karena masih dalam masa pandemi Covid-19.   “Kami memohon maaf kepada seluruh Nahdliyin dan para kiai, tidak semuanya kami undang mengingat aturan yang diterapkan oleh pemerintah dan demi keselamatan kita semua, tetapi untuk yang tidak bisa hadir, bisa menyaksikan live streaming lewat platform medsos yang telah kami siapkan,” ujar H. Ma’mun Rahman.     

Ia menuturkan, Konfercab mengagendakan LPJ PCNU, pembahasan beberapa masalah keagamaan dan kemasyarakatan, pembahasan program kerja, penyusunan rekomendasi dan pemilihan Rais Syuriyah serta Ketua Tanfidziyah PCNU Indramayu masa Khidmat 2022-2027.     

“Untuk pemilihan Rais Syuriyah akan dilakukan melalui mekanisme Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) sementara untuk pemilihan Ketua Tanfidziyah akan dilakukan secara musyawarah mufakat atau pemungutan suara,” ungkap H Ketua Panitia Konfercab.   Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi


 


Anda sedang mencari referensi untuk menyekolahkan anak Anda ke Pondok Pesantren di Indramayu? Tepat sekali jika mampir di artikel ini.

Perlu Anda ketahui, saat ini berdasarkan bank data pesantren yang terdapat di situs kemenag, di Indramayu terdapat sekitar 66 Pondok Pesantren. Adapun total santrinya berjumlah kurang lebih 20.359. Jumlah tersebut terbagi menjadi 14.916 santri mukim, dan 5.443 santri non mukim alias ngalong.

Pesantren terbaik di Indramayu pertama yang akan kami bahas adalah Ponpes Darul Maarif. Secara umum pesantren ini merupakan pesantren bernafaskan Nahdhatul Ulama. Kemudian Nuansanya adalah salafi modern.

Di mana secara pendidikan tidak lagi full salaf seperti pesantren kitab kuning, namun sudah mengkombinasikan dengan pendidikan formal berbasis kurikulum nasional dan pembelajaran bahasa Arab dan Inggris. 

Ada beberapa keunggulan di pesantren ini, antara lain:

  • Penguasaan kitab kuning. Rasanya bukan pesantren NU kalau tidak bisa membaca dan memahami kitab kuning dengan lancar, karenanya nahwu sharf adalah ilmu alat yang wajib dikuasai.
  • Menguasai kemampuan berbahasa Arab dan Inggris. Ini tentu menjadi ciri khas pesantren modern.
  • Identitas Al-Qur’an. Setiap santri di pesantren ini diwajibkan memiliki bacaan Al Quran yang fasih. 
  • Memiliki ibadah khas ala ahlus sunnah wal jama’ah, yaitu ala Nahdhatul Ulama. Di antara yang menjadi rutin adalah ratibul haddad, yaitu dzikir dan doa yang disusun oleh Habib Muhammad Al Haddad. 

Saat ini Ponpes Darul Maarif memiliki pendidikan jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK. Adapun rincian biayanya:

Biaya masuk SDSekitar Rp11.700.000
Biaya masuk SMPSekitar Rp12.200.000
Biaya masuk SMKSekitar Rp15.000.000
Biaya masuk SMASekitar Rp12.500.000
Biaya bulanan SD-SMASekitar Rp. 1.100.000
Biaya bulanan SMKSekitar Rp. 1.285.000

Adapun alamat lengkap pesantren ini adalah: Jl. Raya Kaplongan, Kaplongan Lor, Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 45283

RAMADHAN

OPINI

PESANTREN